Jumat, 07 April 2023

Bahaya Hasad Iri Dan Dengki

Share & Comment
Hasad Iri Dan Dengki
Bahaya Hasad Iri Dan Dengki

Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah yang telah menganugerahkan nikmat Iman, Islam, Kesehatan sehingga kita dapat menjalankan rutinitas ibadah dan amaliyah dengan lancar. 

Shalawat serta salam semoga tercurah ke pangkuan junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang beriman hingga akhir zaman.

Gimana kabarnya ? Baik-baik ajakan ? Alhamdulillah semoga kita semua selalu istiqamah dan bermujahadah melawan hawa nafsu.

Tepat satu tahun saya tidak Upload Artikel dan Video Ruqyah. Melayani ruqyah pun terbatas. Karena ada penghalang berusaha agar dakwah ini berhenti. Alhamdulillah atas perlindungan & pertolongan Allah dalam berdakwah sampai detik ini, saya diberikan keselamatan. Juga saya Berterima-Kasih kepada saudaraku seiman yang selalu mengikuti acara (tazkiyahtun Nafs) program penyucian jiwa. Bila ada fitnah menerjang biarlah Allah yang menyelesaikan.

Demi Allah selama saya masi sehat, nyawa masi ada di tenggorokan, saya tidak ada kata lelah dan berhenti berdakwah. Selama menangani pasien Ruqyah saya tidak membedakan Golongan, Suku dan Status apapun. Entah golongan Nu, Muhammadiyah, Persis. Entah suku Jawa, Sunda, Batak, Entah orang kaya ataupun miskin minta obat. Selama mau menerima metode Ruqyah sesuai Al-Quran & As-Sunnah pintu rumah saya terbuka lebar-lebar untuk anda turunlah Rahmat Allah SWT.

Cukuplah bpk/ibu saksikan sebagaimana Allah SWT berfirman :

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسُكُمْ وَاِنْ اَسَأْ تُمْ فَلَهَا

Artinya : “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat maka (akibat kejahatan itu) menimpa dirimu sendiri”. (QS. Al-Isra’ : 7)

Manusia adalah makhluk unik dan istimewa. Berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya, kita di anugerahi unsur-unsur immaterial yang lengkap, yaitu : ruh, akal, hati, dan nafs (syahwat dan ghadlab) yang terbentuk dalam satu kesatuan yang disebut jiwa (soul). Dari komponen immaterial ini, manusia hakikatnya sebagai makhluk spiritual. Masing-masing unsur tersebut memiliki fungsi yang berbeda. 

Ruh memiliki sifat yang suci, cenderung kepada kesejatian (hakikat) dan lebih dekat dengan Allah. Akal berfungsi untuk berfikir, mengingat, menghitung, dan berlogika. Hati berfungsi untuk meyakini (beriman), mencintai, membenci, empati, dan hal-hal yang berhubungan dengan rasa. Sedangkan nafsu merupakan energi jiwa yang berpotensi pada kesenangan dan kemarahan (nafs al-ammarah). 

Bagi yang mampu mengendalikan “jiwa tirani” (al-nafs al-ammarah) dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah, maka ia akan menjadi pribadi yang utuh. Sebaliknya, jika seseorang dikendalikan oleh jiwa tirani dengan memenuhi kesenangan-kesenangan dasar (pleasure principle), maka ia akan menjadi pribadi yang pincang. Sebagai makhluk spiritual, kita seharusnya mampu membersihkan hati dengan melakukan latihan-latihan kebaikan untuk melawan kecenderungan nafsu rendah yang menyukai dosa dan kemaksiatan.

Di dalam jiwa kita ada unsur energi negatif yang dapat menghancurkan diri, lingkungan, dan peradaban, yaitu “penyakit hati” atau “amradlul qulub” yang menimbulkan sifat sangat buruk. Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayat Al Hidayah menuturkan bahwa ada tiga sifat hati yang sangat berbahaya, dimana sifat hati tersebut selalu muncul dari zaman ke zaman. 

Tiga sifat hati tersebut akan membawa kepada kebinasaan diri dan penyebab dari sifat-sifat tercela lainnya, yaitu : Hasad (iri hati), Riya (pamer), dan Ujub (angkuh, sombong atau berbangga diri).

Dari ketiga penyakit hati tersebut yang memiliki dampak paling dahsyat adalah “hasad” atau dengki.

BACA JUGA : Perbedaan ‘Ain dengan Hasad

Hasad adalah sifat manusiawi dan klaster problem jiwa yang memiliki dampak luar biasa bagi kehidupan diri, lingkungan, masyarakat, bahkan peradaban itu sendiri. Betapa banyak perkelahian, percekcokan, dan peperangan fisik dengan saling membunuh dan meniadakan, diakibatkan oleh munculnya sikap dengki.

Menurut Asy-Sya’rawi, penyakit jiwa bernama “hasad” benar-benar nyata. Al-Qur’an sendiri dengan jelas menyebut sifat ini. Dalam Al-Quran disebutkan tentang sikap sebagian ahli kitab terhadap Rasulullah Saw.

اَمْ يَحْسُدُوْنَ النَّاسَ عَلٰى مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۚ   

Artinya : “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya ?” (QS: an-Nisa: 54)

Demikian juga Rasulullah Saw menyebut dengan jelas agar siapapun menghindari penyakit hati ini :

اِياَّ كُم وَالحَسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَاْ كُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَاْ كُلُ النَّارُ الحَطَبَ

Artinya: ”Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (HR. Abu Dawud). 

Hasad adalah kejahatan energi tersembunyi yang dapat membahayakan manusia. Allah menyuruh kita untuk meminta perlindungan Allah darinya : “Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki” (QS. Al-Falaq : 5) 

Hasad dapat dianalogikan sebagai suatu benda yang tidak terlihat secara kasat mata. Namun keberadaannya justru memiliki pengaruh dan dampak yang luar biasa serta bahaya yang lebih ganas dibandingkan dengan sesuatu yang dapat terlihat mata. Meski hasad tidak terlihat secara kasat mata, namun efek terhadap jiwa dan tatanan sosial sangat nyata.

Secara Psikologi Hasad memiliki 5 dampak, diantaranya:

  1. Membentuk jiwa ( kufur nikmat) yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh lAllah.
  2. Menyiksa diri sendiri karena hatinya tak tenang disebabkan munculnya rasa tidak nyaman atas kebahagian orang lain.
  3. Munculnya Ghiba, Fitnah dan sebagainya yang menimbulkan perpecahan keluarga dan ikatan persaudaraan sesama.
  4. Munculnya kebencian dan permusuhan yang dapat menimbulkan kerusakan dalam jangka yang tak terbatas.
  5. Penghasut sifat setan dari kalangan manusia.

Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari az-Zubair bin al-Awwam ra dari Nabi Saw, beliau bersabda:

دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ: اَلْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ ، وَالْبَغْضَاءُ هِيَ الْحَالِقَةُ ، حَالِقَةُ الدِّيْنِ لاَ حَالِقَةُ الشَّعْرِ، وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَفَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِشَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ

Artinya : “Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai ? Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Tirmizi) 

Sifat hasad (dengki), Al-Ghazali pernah berkisah tentang bahayanya kepada orang lain. Hasad adalah sikap batin yang tidak senang terhadap kebahagiaan orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya dari orang tersebut. Menurutnya, hasad adalah cabang dari syukh, yaitu sikap batin yang bakhil untuk berbuat baik.

BACA JUGA : Sifat Manusia Ketika Hasad

Syaikh Musthafa Al-‘Adawi hafizhahullah, Berkata :

الحَسَدُ هُوَ تَمَنَّى زَوَالَ النِّعْمَةِ عَنْ صَاحِبِهَا

“Hasad adalah menginginkan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain.”(At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab, hlm. 720)

Hasad atau dengki adalah menginginkan nikmat yang dimiliki orang lain dan menghendaki nikmat tersebut berpindah kepada dirinya. Hasad berawal dari sikap tidak menerima nikmat yang diberikan Allah kepadanya, karena ia melihat orang lain diberi nikmat yang dianggap lebih besar. Hasad pun bisa timbul bila seseorang menganggap dirinya lebih berhak mendapatkan nikmat dibanding orang lain.

Pada hakikatnya, penyakit ini mengakibatkan si penderita tidak rela atas qadha’ dan qadar Allah, sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim RA : “Sesungguhnya hakikat hasad adalah bagian dari sikap menentang Allah karena ia (membuat si penderita) benci kepada nikmat Allah atas hamba-Nya ; padahal Allah menginginkan nikmat tersebut untuknya. Hasad juga membuatnya senang dengan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah benci jika nikmat itu hilang dari saudaranya. Jadi, hasad itu hakikatnya menentang qadha’ dan qadar Allah”. (Al-Fawa’id, hal. 157).

Dampak hasad sungguh luar biasa. Hasad bisa menghancurkan seluruh catatan amal saleh. Hasad pun bisa menimbulkan kebencian, sehingga ia sulit berbuat kebaikan pada orang yang ia dengki. Pada saat yang sama ia pun akan sulit menerima kebaikan yang diberikan orang itu.

Orang yang hasad akan sangat lelah. Sebab ia tidak pernah puas dengan nikmat yang telah Allah karuniakan. Pikiran dan hatinya menjadi tumpul karena selalu memikirkan dan cemburu atas kenikmatan orang lain. Bila hasadnya memuncak akan mendorongnya untuk berbuat apapun dengan menghilangkan kenikmatan orang lain, termasuk mencuri, memfitnah, bahkan membunuhnya. Dampak terpaling besar adalah hancurnya tali persaudaraan dan tumbuh suburnya kebencian.

BACA JUGA : Sifat Manusia Ketika Hasad

Dikisahkan, ada seorang raja memerintah di suatu negeri. Pada suatu hari seseorang datang ke istananya dan menasehati Raja, “Balaslah orang yang berbuat baik karena kebaikan yang ia lakukan kepada Baginda. Tetapi jangan hiraukan orang yang berbuat dengki pada Baginda, karena kedengkian itu sudah cukup untuk mencelakakan dirinya.” Maksud orang itu, hendaknya kita membalas kebaikan orang yang berbuat baik pada kita, namun kita jangan membalas orang yang berbuat dengki dengan kedengkian lagi. Cukup kita biarkan saja.

Hadir di istana itu, seorang yang pendengki. Sesaat setelah orang memberi nasehat pergi, ia menghadap raja dan berkata, “Tadi orang itu berbicara padaku, bahwa mulut Baginda bau. Jika Baginda tak percaya, panggillah lagi orang itu esok hari. Jika ia menutup mulutnya, itu pertanda bahwa ia menghindari bau mulut Paduka.” Raja tersinggung dan berjanji akan memanggil si pemberi nasehat esok hari.

Sebelum orang itu dipanggil, si pendengki menghampirinya terlebih dahulu dan mengundangnya untuk makan bersama. Si pendengki memberi orang itu banyak bawang dan makanan yang berbau tajam, sehingga mulut si penasehat menjadi bau. Keesokan harinya ia dipanggil Raja dan kembali memberikan nasehat yang sama. Raja lalu berkata, “Kemarilah engkau mendekat.” Orang yang telah memakan banyak bawang itu lalu mendekati Raja dan menutupi mulutnya sendiri karena khawatir aroma mulutnya akan mengganggu sang Raja.

Melihat orang itu menutupi mulutnya, Raja pun berkesimpulan bahwa orang ini sedang bermaksud untuk menghina dirinya. Sang Raja lalu menulis surat dan memberikannya pada orang itu. “Bawalah surat ini kepada salah seorang menteriku,” ucap Raja, “Niscaya ia akan memberimu hadiah.”

Sebetulnya surat yang ditulis Raja ini bukanlah surat untuk pemberian hadiah. Raja sangat tersinggung, karena itu ia menulis dalam surat itu, “Hai menteriku, jika engkau bertemu dengan orang yang membawa surat ini, penggallah kepalanya. Kemudian bawalah kepala orang ini ke hadapanku.”

Pergilah si pemberi nasehat itu dari istana. Di pintu keluar, ia bertemu dengan si pendengki. “Apa yang dilakukan baginda kepadamu?” Pendengki ingin tahu. “Raja menjanjikanku hadiah dari salah seorang menterinya,” ujar si pemberi nasehat seraya memperlihatkan surat dari Raja. “Kalau begitu biar aku yang membawanya,” kata si pendengki. Akhirnya, orang yang pendengki itulah yang celaka dan mendapat hukuman mati. 

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa hasad atau dengki memang betul-betul musuh orang-orang beriman, dan salah satu obat yang dapat menetralisirnya adalah memperbanyak syukur atas nikmat yang kita peroleh, sekecil apapun, untuk menjaga keseimbangan hidup. Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa semakin banyak kita bersyukur kepada-Nya, justru Allah akan menambah kenikmatan hingga tak terbatas.

Allah SWT Berfirman :

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ   

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS: Ibrahim: 7)


Tags:

Written by

Metode menggunakan gelombang suara Dzikir, Doa, Ruqyah sesuai Al-Quran dan As-Sunnah untuk mengobati A'in, Kesurupan, Gangguan Jin, Kesihir, Kejiwaan, Dan Penyakit Medis Maupun Non Medis Lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Bila ada yang tidak di mengerti, Silahkan berkomentar. Kami menerima kritik, sarannya dengan sopan, tertib yang bersifat membangun. Terima - Kasih

 

Treding Content

Populer Content

Subscribe On Youtube

Almulk Media

Media inspirasi Islami, Fiqih, Pendidikan, Psikologi, Kesehatan, Konsultasi, Pengobatan dengan Dzikir, Doa, Ruqyah sesuai Al-Quran dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW

Subscribe On Youtube

Almulk Ruqyah

Metode pengobatan dengan dzikir doa ruqyah sesuai al-quran dan sunnah. mengatasi a'in, gangguan jin, kesihir, Kesurupan, kejiwaan, dan penyakit medis maupun non medis lainnya
Copyright © 2025 Almulk Ruqyah | Designed by Templateism.com