Agama Islam adalah agama TAUHID agama yang menyembah SATU Tuhan. Bukan
agama SYIRIK yang menyembah BANYAK Tuhan. Jadi keislaman seseorang itu
BERIMPIT dengan tauhid-tidaknya dia dalam menyembah Allah. Orang-orang
yang menjadikan Allah sebagai TUJUAN satu-satunya seluruh aktivitas
hidupnya, itulah yang disebut sebagai orang yang sudah ISLAM. Karena
sudah bertauhid. Sedangkan, yang menjadikan hal-hal lain sebagai tujuan
hidupnya, mereka belum bisa disebut ‘Islam’.
Ada orang yang baru Islam NAMA-nya. Ada yang baru Islam keturunannya.
Ada yang baru Islam KTP-nya. Ada yang baru aksesori-aksesori yang
menempel di badannya. Atau baru Islam pendidikannya. Islam ’materi
hafalannya’. Pun, ’kalimat-kalimat’ yang diucapkannya. Tetapi, dia belum
BERSERAH DIRI kepada Allah ~ menjadikan Allah sebagai TUJUAN
satu-satunya hidupnya. Maka, ia SEJATINYA belum muslim.
Makna MUSLIM adalah: Orang yang berserah diri kepada Allah saja ...
Apanya yang diserahkan kepada Allah? Ya, segala-galanya.
Maka, perhatikanlah beberapa perbedaan di bawah ini yang mengambarkan
cara beragamanya orang yang bertauhid kepada Allah, dengan yang syirik.
Orang yang bertauhid adalah orang yang MENIATKAN seluruh aktifitas
ibadahnya hanya untuk Allah. Sedangkan orang yang syirik, meniatkan
aktifitas ibadanya untuk selain Allah, termasuk untuk DIRI SENDIRI.
Orang yang bertauhid, menjadikan Allah sebagai TUHAN dalam hidupnya.
Dia menyembah, memuja dan memuji, mengagungkan Allah, mengagumi-Nya,
mendekatkan diri dan merasa bahagia karenanya. Ia menjadikan Allah
sebagai SUBYEK dalam proses beragamanya. Sedangkan orang yang syirik,
menjadikan Allah sebagai OBYEK dalam hidupnya. Allah tidak dijadikan
sebagai SESUATU yang menguasai segala-gala yang ada pada dirinya dan
alam semesta, melainkan Allah DIPERALAT untuk menyenangkan dirinya.
Bahkan, tak jarang Allah diajak berdagang, diperintah dan disuruh-suruh
untuk memenuhi segala keinginannya. Orang yang begini pada dasarnya
tidak bertuhan kepada Allah, melainkan bertuhan kepada DIRINYA sendiri.
Sedangkan Allah hanya dijadikannya sebagai PELENGKAP PENDERITA. Pemuas
segala keinginannya.
Orang-orang yang bertauhid, mengorientasikan pembelajaran dalam
hidupnya untuk lebih MENGENAL Allah, dan kemudian terus berusaha
MENDEKATKAN DIRI. Sedangkan yang syirik, terus mencari dan berusaha
mendapatkan FASILITAS-FASILITAS yang disediakan oleh Allah untuk
kesenangannya. Dia lebih INGAT fasilitas daripada ingat Allah.
Orang-orang yang bertauhid akan ’memosisikan’ Allah sebagai
’Sesuatu’ yang TIDAK ADA BANDINGNYA. Sedangkan yang syirik, akan
menempatkan hal-hal selain Allah SEBANDING dengan-Nya. Misalnya,
mengatakan makhluk itu KEKAL. Padahal sifat kekal itu hanya MILIK Allah
saja. Tidak ada di alam semesta ini yang kekal. Apalagi cuma ENERGI.
Sejumlah Ilmuwan Fisika Klasik memang berpendapat bahwa energi tidak
bisa diciptakan dan dimusnahkan, sehingga disebut sebagai ’hukum
kekekalan energi’, itu semata-mata karena mereka belum memahami ilmu
Fisika Modern. Bagi ilmuwan modern yang JUJUR dalam memahami alam
semesta ini, maka dengan sangat yakinnya dia akan mengatakan bahwa
energi itu TIDAK KEKAL. Ia pernah tidak ada, dan satu ketika akan tidak
ada lagi. Yaitu, saat alam semesta ini belum diciptakan, dan ketika
kelak dilenyapkan oleh Sang Pencipta. Karena, teori KOSMOLOGI yang
paling bisa diterima saat ini adalah yang berkesimpulan bahwa semua yang
ADA ini ternyata muncul dari KETIADAAN. Dan kelak akan kembali kepada
ketiadaan.
Bagi orang-orang yang bertauhid, mereka memosisikan Allah sebagai
Zat yang meliputi segala sesuatu, termasuk alam semesta. Sehingga segala
yang ada ini sebenarnya adalah TUNGGAL, yaitu eksistensi DIRI-Nya
belaka. Sedangkan bagi yang syirik, mereka menganggap Allah berada di
DALAM alam semesta, ataupun bagian dari eksistensi alam semesta. Atau
berada di dalam akhirat. Atau malah ada yang berpendapat Allah di dalam
surga. Sehingga mereka mempersepsi segala sesuatu ini tidak tunggal.
Padahal segala KEANEKA RAGAMAN ini hanyalah PENAMPAKAN dari Sesuatu yang
Tunggal belaka, yaitu Allah. Laa ilaha illallah ~ tidak ada eksistensi
selain Diri-Nya.
Maka, sungguh layak diprihatinkan jika kita memberikan label SIFAT ALLAH
kepada makhluk. Siapa pun makhluk itu: termasuk akhirat, surga dan
neraka. Karena, sesungguhnya TIDAK ADA satu ayat pun di dalam al Qur’an
yang mengatakan AKHIRAT itu KEKAL. Yang ada, ialah: khalidina fiha, hum
fiha khalidun, dsb. Itu bukan bercerita tentang kekalnya TEMPAT ~ surga
dan neraka ~ melainkan cerita tentang ORANG yang masuk surga/ neraka,
mereka TIDAK bisa KELUAR dari dalamnya sampai lenyapnya langit dan bumi,
QS. 11: 106-108. Diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai ’kekal’ di
dalamnya, selama-lamanya. Dan kemudian dipersepsi secara distortif,
bahwa akhirat itu kekal.
Justru, yang dijelaskan Allah secara eksplisit itu bukanlah kekalnya
segala makhluk selain Diri-Nya. Malah sebaliknya, berbagai ayat di dalam
al Qur’an mengatakan yang SELAIN Allah bakal BINASA.
Maka, kawan-kawan, jika kita ingin berislam secara baik, yang nomer satu
harus dibenahi adalah TAUHID. Jangan MENDUAKAN Allah dalam seluruh
tataran kehidupan kita. Mulai dari niat, praktek, sampai kepada
harapan-harapan atas kebahagiaan. DIA Maha Tahu tanpa harus kita
suruh-suruh. Dan Maha Pemurah tanpa harus didikte-dikte.
Siapa saja yang baik akan memperoleh kebaikan. Siapa saja yang ikhlas
akan disayang Allah. Siapa yang sabar, akan selalu didampingi-Nya. Siapa
yang bertakwa kepada-Nya akan selalu diberi solusi dalam hidupnya.
Siapa saja yang menjadikan Allah sebagai tujuan, maka ia akan sampai di
TUJUAN itu, sebagai SUMBER segala kebahagiaan yang tiada putus-putusnya.
Jangan menjadikan yang ’selain Allah’ sebagai tujuan. Seperti seorang
karyawan yang kualitas bekerjanya hanya SEBATAS ingin memperoleh gaji.
Karyawan yang demikian ini pasti karyawan bawahan. Apakah tidak boleh?
Oh boleh saja, siapa yang melarang. Itu memang hak setiap individu dan
dijamin secara alamiah.
Tetapi, kalau ingin yang berkualitas tinggi, tirulah para EKSEKUTIF,
yang bekerjanya bukan dikarenakan gaji lagi, melainkan sudah ingin
MENGAKTUALISASIKAN dirinya. Kemampuannya. Kualitasnya. Maka, ia akan
BEKERJA sebaik-baiknya. Dia senang melakukan semua pekerjaannya tanpa
terpaksa, karena ia paham dan bahkan 'hobi' melakukannya, sehingga ia
bisa menjalaninya dengan penuh keikhlasan. Hasilnya: pekerjaannya sangat
BERKUALITAS. Sedangkan bayaran atas pekerjaannya, DENGAN SENDIRINYA
akan mengalir kepadanya, seiring kualitas yang dihasilkannya. Tidak
seperti karyawan yang orientasi hidupnya hanya mengejar gaji. Bekerjanya
berat, tertekan, terpaksa, sering protes, mencak-mencak kalau tidak
sesuai dengan keinginannya, dlsb. Mereka itu sulit untuk berprestasi,
dan gajinya pun sulit untuk naik, dikarenakan kualitasnya yang memang
rendah.
Saya, sebagai owner dari sebuah perusahaan justru tidak respek kepada
karyawan-karyawan yang tuntutannya hanya gaji dan fasilitas yang ingin
dinikmatinya. Saya tidak akan pernah memberikan kepercayaan lebih besar
kepadanya, karena orang yang seperti ini pasti SEMPIT cara berpikirnya,
dan hanya memikirkan diri sendiri. Sebaliknya, saya akan memberikan
promosi kepada mereka yang bekerja dengan ikhlas demi kemajuan bersama,
karena karyawan yang seperti itu TIDAK PANTAS menerima GAJI KECIL. Ia
pantasnya menjadi eksekutif yang BERGAJI BESAR..
"Dan barangsiapa BERSERAH DIRI kepada Allah, sedang dia adalah orang
yang BERBUAT kebajikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah KESUDAHAN segala
URUSAN".
QS. Luqman (31): 22
Tidak ada balasan KEBAIKAN kecuali kebaikan (pula).
QS. Ar Rahman (55): 60
... Dan kebajikan apa saja yang kamu perbuat PASTI kamu memperoleh
(balasan) nya di sisi Allah sebagai BALASAN yang paling baik dan yang
paling besar...
QS. Al Muzzammil (73): 20
Janganlah kamu SEMBAH di samping Allah, tuhan APA PUN yang lain. Tidak
ada Tuhan melainkan Dia. Segala SESUATU bakal BINASA, kecuali ALLAH
(saja). Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan.
QS. Al Qashash (28): 88
0 komentar:
Posting Komentar
Bila ada yang tidak di mengerti, Silahkan berkomentar. Kami menerima kritik, sarannya dengan sopan, tertib yang bersifat membangun. Terima - Kasih